Minggu, 26 Agustus 2012

Dream



21 Maret 2012
Entah apa yang ada di otakku, bagi kebanyakan orang mungkin dapat nilai nem tertinggi adalah suatu kebanggaan, suatu prestasi yang sangat membahagiakan atau bahkan bagi sebagian yang lain hanya bisa di peroleh dalam angan-angan. tapi itu sama sekali tidak berlaku bagiku saat itu. Di satu sisi memang aku senang dapat membuat orang tuaku bahagia atau bahkan bangga, tapi  di sisi lain aku seperti terlempar jauh ke dasar jurang yang terdalam.
 Aku memang sangat berharap bisa lulus, tapi aku sama sekali tidak berharap mendapat nem yang tinggi, karena bagi orang tuaku nem tinggi berarti haruslah kuliah dan itu berarti juga harus ku kubur dalam-dalam mimpiku, cita-citaku.
Bagi emak yang seperti kebanyakan orang jaman sekarang, sukses menurut "versi" beliau adalah mempunyai pekerjaan  tetap dan hidup mapan, yang mungkin sangat jauh berbeda dengan sukses menurut "versi"ku sendiri. Berbeda lagi dengan bapak yang pasti akan selalu mendukung keputusanku selama keputusan itu baik untukku. Akhirnya demi membahagiakan emak dan menghindari keributan, aku menuruti keinginannya. Aku masih ingat sekali saat itu, saat harus mengikuti test masuk sebuah perguruan tinggi pilihan emak, aku seperti seekor kambing yang akan dibawa ke tempat pemotongan, ingin berontak, tapi tetap harus pasrah sepasrah-pasrahnya, sambil terus berdo'a semoga aku tidak diterima. Ku kerjakan soal-soal itu sekenanya saja, bahkan beberapa item ku biarkan begitu saja tanpa terisi. Saat pengumuman pun tiba, aku masih terus berharap semoga aku tidak diterima. Perlahan-lahan ku telusuri kertas pengumuman itu dari yang terbawah karena aku juga sangat meragukan hasil test ku. satu lembar habis dan tidak ada namaku, aku tersenyum. ku cari lagi pada lembar berikutnya, tak ada juga. aku sangat bahagia, dan sampai pada lembar terakhir, ku telusuri lagi dari bawah dan mataku terhenti pada angka 6, namaku. Sial, menyebalkan sekali.
aku pulang dengan perasaan yang tidak menentu, terlalu banyak pikiran yang menyangkut di otakku sambil terus bertanya-tanya, benarkah ini kehendakNya atau hanya ingin menguji kesungguhanku saja?
ya, barangkali ini memang kehendakNya, dan aku mulai mencoba untuk bisa menerima, dengan dan masih terus menyimpan mimpiku dalam dada.
Selanjutnya ku jalani saja hidupku dengan sewajarnya, meskipun seringkali hanya kehampaan yang terasa, hanya kesunyian yang menyelimuti jiwa, tapi aku harus tetap bersabar menjalani semuanya, sampai akhirnya aku lulus dengan gelar diploma yang bagiku tidaklah istimewa, karena ternyata tetap saja terasa masih ada lubang yang menganga dalam dada.

Dan kini, aku terdampar di sini, di tempat perantauan yang tak satu pun orang ku kenali kecuali teman-temanku sendiri.
ku akui aku cukup senang karena aku bisa belajar mandiri, juga ada banyak hal yang kupelajari di sini, aku bersyukur diberikan kesempatan ini. Selama beberapa bulan masih dapat ku nikmati hari-hariku yang cukup menyenangkan, tapi sekarang tak kudapati lagi masa-masa  itu, semuanya berubah sejak pergantian manajemen baru, hari-hariku sepertinya hanya sebatas bekerja dan bekerja, lembur dan lembur. bahkan waktu libur pun aku harus bersedia jika sewaktu-waktu dipanggil. Jika bukan karena rasa peduli terhadap teman-temanku, sudah pasti aku akan menolak. dan bahkan sampai-sampai saat libur pun aku harus "melarikan diri" sejauh mungkin  jika aku sudah merasa sangat lelah. di tambah lagi suasana kerja yang semakin tidak nyaman, serba salah, gunjingan di sana sini, saling menyalahkan.
dan parahnya, kewajibanku sebagai hamba pun seringkali harus berantakan. Belum lagi dengan keterlibatan setan-setan itu. aaaaaarrrghhh.. Aku muak !! Aku Benci !! Aku tak sudi Lagi !! Aku ingin Pergi !! :((

Pandanganku nanar melihat apa yang terjadi, hatiku seperti tertusuk ribuan sembilu mengenang mimpi-mimpiku..

Tuhan, izinkan aku menggapai asaku..
ku mohon... :'(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar