Kamis, 27 Oktober 2011

untuk ibumu



ku tau aku bukanlah siapa - siapa,
ku sadari aku bukanlah apa - apa,
bahkan bukanlah sekedar sesuatu bagi mereka..
dan benar, dalam hal ini aku memang tak punyai hak untuk berbicara,
terlebih untuk protes, bahkan untuk sekedar merasa kecewa pun, tak ada hak bagiku..
tapi setidaknya untuk kali ini, biarlah coretan ini menjadi perwakilan dari apa yang tak mampu ku sampaikan padanya, pada beliau, pada mereka...

Ibu...
andai saja engkau memberiku satu kesempatan saja untuk bisa mengenalku, akan ku pastikan engkau tak kan kecewa memilihku..
Ibu..
andai saja engkau bersedia menatap mataku, engkau akan melihat kesungguhan hatiku untuk dapat menjadi pendamping yang baik bagi putra tercintamu, melihat kebersediaanku melahirkan & merawat cucu-cucu yang akan menjadi kesayanganmu, serta melihat kebahagiaanku yang telah engkau izinkan untuk menjadi puterimu, yang akan merawatmu kelak di hari tuamu..
Ibu..
rasa sayangku mungkin tak sebanding & mungkin memang tak kan pernah bisa membandingi kasih sayang yang telah kau curahkan untuknya..
tapi, tahukah engkau ibu ?
aku akan selalu sangat bersedia belajar darimu tentang bagaimana bisa mencintainya sepenuh jiwa & ragaku..
Ibu..
aku memang belum pernah bertemu denganmu, namun dari putera tercintamu itu, engkau telah menjadi salah satu sumber inspirasiku,
spirit tersendiri, untukku selalu berusaha memperbaiki diri..

Ibu..
apa aku tampak begitu tak tau malu ??
apa aku tampak begitu tak tau diri ??

yaa, mungkin seburuk itulah aku, hingga untuk sekedar mengenalku pun engkau sudah tak bersedia..
yaa, mungkin sebegitu tak pantasnya aku untuk putera tercintamu itu, hingga engkau tak sudi untuk sekedar melihatku..

Ibu..
maafkan aku yang telah begitu lancang mencintai putera tercintamu
ampuni aku yang telah begitu berani menyayangi putera kesayanganmu itu..

Ibu..
maaf atas ke-tidak tahu malu-anku ini..
maaf atas ke-tidak tahu diri-anku ini..

T_T

Rabu, 05 Oktober 2011

My Tears, My Heart, My Story



Jika ada yang mengatakan bahwa air mata adalah tanda kelemahan, aku akan menjadi orang pertama yang menyangkalnya. Bagiku, air mata lebih dari sekedar air yang mengalir dari sudut mata sebagai tanda kesedihan, tapi merupakan kekuatan terbesar untukku bertahan dari semua keadaan.
Merupakan bahasa perasaan yang mampu mengungkapkan lebih dari apa yang dapat tersampaikan dalam barisan kata-kata. Bahkan saat kita meneteskannya karena seseorang, saat itu kita akan mengerti bahwa tidak ada yang mampu mengungkapkan betapa besarnya rasa sayang melebihi buliran air mata yang dapat mengalir deras karenanya.
Seperti yang sedang kualami saat ini, sesungguhnya ingin sekali kupendam rapat-rapat rasa ini, biarkan hanya aku dan Tuhan yang tau, ini akan tampak seperti aku kecewa akan takdir yang telah ditetapkan olehNya. Tapi aku hanya manusia biasa yang mudah sekali merasa lelah. Sekalipun tabu mengutukku tanpa ampun, tapi biarlah untuk kali ini saja. Kali ini saja, biarlah air mata ini berbicara, menetes untuknya. dan biarlah pula tulisan ini menjadi perwakilan dari apa yang tak mampu kusampaikan pada mereka.

Berawal dari handphone-ku yang berdering siang itu,
saat kuangkat & berbicara, ternyata itu darinya, setelah sekian lama tak bertegur sapa..
Dia tanya kabarku, akupun berbalik tanya kabarnya,
masih dengan keramahan yang sama, masih dengan rasa yang sama..
lama kami berbicara hingga akhirnya ia ungkapkan sebuah cerita,
cerita yang sudah terpendam begitu lama & mungkin terlalu sulit baginya untuk menyampaikannya.
Setelah kudengar semuanya, seketika itu pun aku menyadari sebuah fakta,
fakta yang telah lama ku tahu, namun baru saja nampak jelas di depan mata..
fakta ini semakin membuatku tersadar akan diriku,
mambuatku kembali melihat siapa diriku & siapa dirinya.
ternyata begitu jauh, dari anggapanku selama ini yang berpikir setara.
karena ternyata, dalam hidup ini masih harus ada strata kasta manusia,
yang kini aku pun seperti terhimpit di dalamnya..
dia berada di bukit yang tinggi itu, sementara aku berada di lembah yang rendah,
jurang diantara kami begitu curam, belum lagi dinding pemisah yang tinggi menjulang..
ya.. tentu saja..
bagaimana mungkin seorang sudra sepertiku berani berharap bisa bersanding dengan brahma sepertinya ??
dunia hanya akan menertawakanku,
pandangan - pandangan sinis akan menghujaniku,
dan mulut - mulut itu akan mencercaku..
habis - habisan..
sampai benar - benar habis..
tak tersisa..

Lalu apa yang bisa kukatakan padanya?
aku begitu menyayanginya, teramat menyayanginya bahkan..
hingga aku tak mungkin tega membiarkannya mengecewakan kedua orang tuanya.
ku tahu pasti, ini pun sulit baginya..
tapi apa yang bisa kulakukan ?
sementara rasa bersalahnya itu semakin membuatku tak berdaya,
& bahkan aku pun sudah tak punyai cukup kekuatan untuk mendengar permintaan maafnya..

Tuhan... tolong izinkan aku untuk sekali ini saja menjadi orang termunafik di dunia..
menyunggingkan senyum palsu, meski hati menangis pilu,
terlihat tertawa, meski sebenarnya beruraian air mata..
hanya untuk menenangkan hatinya..
hanya untuk meyakinkannya bahwa aku baik - baik saja..

Tuhan.. Maafkan aku........