Senin, 18 November 2013

Maafkan Aku Puteri.


maafkan aku yang tak mampu mencintai selain dirimu.
maafkan aku yang tak mampu meredam perasaan ku.
maafkan aku yang tak mampu untuk tak memikirkan mu.
maafkan aku atas segala ketidak mampuan ku.

engkau adalah keputusan terbesar dalam hidup
tempat untuk menyandarkan harapan.
engkau adalah matahari terindah sepanjang perjalanan
penerang langkah menuju surga.

maafkan aku yang hanya mampu menjadi bintang redup.
maafkan aku yang hanya mampu menjadi suara sayup.

aku tak tau, apakah aku layak untuk meminta mu bertahan,
sedangkan ku sadari hampir tak ada kemulyaan hidup yang aku miliki.
apakah aku patut memohon mu untuk tinggal,
sedangkan hanya sedikit ketenangan yang bisa aku berikan?

maafkan aku yang telah membawa mu dalam keadaan sulit.
maafkan aku yang telah melukai mu.
maafkan aku yang telah membebani mu.
maafkan aku yang tak termaafkan.

jika dengan adanya diriku hanya membuat mu ragu untuk menentukan pilihan,
biarlah aku yang pergi menghilang dari kehidupan.
biarkan segala doa tertelan sepi.
biarkan semua mimpi terkubur dalam kesendirian,
dan terbang mencari tempatnya bersemayam.
kalau hanya menjadi hantu aku pun tak tahu.

maafkan aku yang tak mampu membuat mu percaya.
maafkan aku yang tak mampu membuat mu bahagia.
maafkan aku yang lemah tak berdaya.
maafkan aku dengan seluruh kerapuhan ku.

demi kebahagian mu aku rela menanggung sakit sepanjang musim.
demi ketenangan mu aku rela lenyap tersapu senyap,
hingga tak kau dengar lagi gema dari suara nama ku,
dan tak kau temukan lagi serpihan jiwa ku yang selalu merindukan mu.

jika kau telah memilih jalan lain yang lebih indah,
tak perlu engkau resah mencari alasan,
karena sedari dulu aku sudah siap
jika suatu saat nanti harus menjadi batu usang yang terabaikan.
karena ku sadari kesempurnaan permata akan lebih menentramkan jiwa.

maafkan aku yang hanya mampu membantu mu dengan doa.
maafkan aku yang hanya mampu menyapa mu lewat hati.
maafkan aku yang tak mampu melihat mu.
maafkan aku dengan segala kepengecutan ku.

tak perlu kau pertimbangkan kecewa ku,
karena sebelum mengenal mu aku sudah terbiasa dengan rasa sakit.
meskipun semua ini jauh lebih menyesakkan,
tak perlu kau cemaskan keadaan ku.
karena mimpi mu jauh lebih berharga dari pada sekedar aku.
biarlah aku sendiri yang mensyukuri keheningan.
cukup aku sendiri yang merasakan pahitnya kehilangan,
dan getirnya kebisuan.
biarkan aku tertunduk mengadu pada Tuhan
tentang segala ketidak mengertian,
tentang segalanya yang tak terduga,
dan tentang ketabahan untuk menjalani sisa hidup
yang harus aku selesaikan.
entah bagaimana cara Tuhan mengaturnya.

waallohu a'lam.
rodhiitu billahi robba.

Senin, 14 Oktober 2013

Jawaban dan Kabar Untuk Mu, Puteri.

Dear PrincesS.

Apapun yang terjadi saat ini, ku harap engkau selalu dalam lindungan, dan hidayah Allah Subhaanahu waa Ta’ala… amiin.

Maaf, jika kali ini aku mulai mengganggu mu lagi. Namun sungguh bukan itu maksud, dan tujuan ku.
Aku yakin kau mengerti.

Kemarin tanpa sengaja  aku melihat mu lagi, memakai baju coklat warna kesukaan kita. Meskipun sekejap namun sangat membekas.
Maaf jika terpaksa aku berpaling muka ketika melihat mu, atau melihat mu dengan tatapan yang kurang menyenangkan. Sungguh bukan karena aku membenci mu, karena dalam hati kecil ku selalu ingin melihat mu.
Aku hanya ingin menjaga mu - juga diri ku sendiri - dari penglihatan yang tak semestinya. Aku yakin kau memahami.

Aku bisa saja menemui mu, dan memberikan sesuatu yang berharga, atau sekedar kata2. Tapi,sungguh aku tak punya keberanian, dan tak sampai hati untuk mengkhianati Abah dan Ibu di ndalem sendiri. Sudah sangat banyak kesalahan ku kepada Beliau, semoga Beliau memaafkan ku. Semoga aku dan kamu selalu kuat bersabar, dan memegang teguh amanah, dan ajaran Beliau…amiin.

Namun jangan berpikir kalau kehadiran mu mengganggu ku, karena selamanya aku tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiran mu. Sungguh.
Bahkan kehadiran mu sedari dulu kurasakan akan menjadi pelengkap hidup ku. Dan ku sadari jiwa mu adalah cerminan jiwa ku.
Sampai detik ini aku masih menyimpan semacam keyakinan bahwa masa indah akan terajut berdua, meski dunia kadang menolak kita. Entah bagaimana kenyataannya nanti.
waallohu a’lam.

Maafkan aku Puteri... Maafkan aku yang hanya bisa menemani mu dari balik pintu.
Maafkan aku yang hanya mampu menyapa mu ditembok hijau yang menjadi saksi bisu kerinduan kita.

Terima kasih atas kehadiran mu dalam hidup ku.
Terima kasih atas cinta mu yang harum.
Terimakasih telah merobohkan keangkuhan ku.
Kau telah mengajarkan banyak hal dalam hidup.
Dengan mu aku mampu menyadari bahwa aku hanyalah seorang hamba yang lemah. Bersama mu aku tau bahwa hidup tak selalu seperti apa yang kita inginkan.
Kini aku mulai menikmati indahnya bertawakkal.
Kau ajarkan aku tentang kemulyaan kerendahan hati, dan ketabahan yang sebelumnya sulit aku mengerti. Dengan sabar kau bersedia membasuh lukaku.
Dengan sabar kau bersedia menunggu ku, dan menahan hasrat hati.
Ketika dunia ku mulai berantakan kau mampu mengingatkan, dan menenangkan ku.
Saat itulah aku mulai merasa bahwa kau telah menjadi bagian yang sulit tergantikan dalam hidup.
Saat itulah aku mulai bertekad untuk menjadikan mu wanita yang paling bahagia setelah ibu.
Namun maafkan aku jika ternyata yang terjadi saat ini sebaliknya. Maafkan aku jika telah membuat mu bersedih.
Ingin ku tebus setiap tetes dari tangisan mu, namun masih saja tak tau dengan cara apa aku harus membayarnya.
Maafkan aku, Puteri…

Kini aku mulai tak mampu menutupi segala yang tersimpan.
Ternyata beban itu terlalu berat untuk ku tanggung sendiri.
Bara itu terlalu panas untuk ku genggam sendiri.
Ingin ku bakar segala yang ada didepan ku, termasuk diri ku sendiri. Namun sejuta tangan selalu menahan ku.

Maafkan aku, jika kali ini aku berbagi kesedihan. Sungguh. aku mulai tak mampu  menjadi penipu. Ratusan hari aku bersembunyi dari mu, meskipun disatu sisi aku terus memikirkan mu.
Berjam2 aku habiskan untuk membaca tulisan mu, membaca segala percakapan kita.
Melupakan sejenak gejolak hidup yang melelahkan.
Berhari2 aku coba untuk memulihkan diri dari perasaan sakit.
Hingga akhirnya keadaan harus memaksa ku untuk rehat dirumah selama beberapa bulan.
Tak ada yang tau, dan tak ada yang ingin ku beri tau ada apa dibalik semua itu. Termasuk kamu.
Biarlah aku dan Tuhan ku yang mengetahuinya.
Maaf jika dulu aku bersikap keras kepada mu, mengacuhkan mu.
Aku hanya ingin membantu mu melupakan ku, meskipun disatu sisi aku sangat tersiksa, karena bagaimanapun juga aku tak mampu mengacuhkan cinta yang mendekap ku.
Bahkan aku rela kau membenci ku, asalkan pearsaan itu tak lagi menghambat langkah mu.
Aku sudah tak perduli dengan sakit yang aku derita.
Bagaimanapun juga aku harus mampu menahannya asalkan engkau bahagia.
Maafkan aku jika pada hari kelahiran mu aku tak hadir menyapa mu. Karena aku hanya ingin menyapa mu lewat doa dengan Tuhan ku.
Aku tidak sama dengan mereka.
Aku yakin kau sepenuhnya mengerti.

Maafkan jika dulu aku terpaksa meninggal kan mu, Puteri.
Sungguh bukan karena merasa kau tak berarti lagi.
Aku hanya ingin menjaga mu dari prahara dunia ku.
Aku tak ingin menyibukkan mu dengan segala masalah yang menimpa ku.
Meskipun terlihat sangat tidak adil, namun aku merasa itu lebih baik sebelum terlalu jauh menyakiti mu.
Tadinya aku berfikir semuanya akan baik2 saja, dan berjalan mudah seperti yang sebelumnya.
Aku berfikir kau akan segera bebas dari perasaan yang mengganggu mu selama dengan ku.
Namun semuanya malah justru menjadi semakin runyam, semakin tak ku mengerti., dan semakin tak terkendali.


Kian hari aku semakin merasa bahwa semuanya diluar batas kemampuan ku.
Meskipun aku terus berusaha tegar, namun tetap saja terasa lemah, dan melelahkan.
Bukan  hanya karena memikirkan keadaan mu, namun juga karena memendam perasaan yang tak mereka mengerti.

Kini kita hanya seperti sepasang ikan yang hidup dimangkuk kecil. Kita butuh pengakuan, Putri…
Biarkan aku berteriak lantang menembus semua genderang bahwa aku mencintai mu.
Biarkan mereka mengerti bahwa kita ingin saling memiliki.
Entah sampai kapan aku mampu terus bertahan hitam menipu diri, Puteri…

Jangan kau kira aku tak memikirkan jalan untuk kita bersama.
Jangan kau kira aku tak perduli dengan segala yang terjadi diantara kita.
Diam2 aku terus memikirkannya.
Diam2 aku terus menangisinya dalam doa.
Mencari cara, dan celah dari jalan yang Allah takdirkan untuk kita.
Jika kau tau, sudah terlalu banyak kekhawatiran, dan mimpi yang tertelan doa dan kesunyian…Puteri.

Kemarin aku coba beranikan diri untuk matur kaleh ibu.
Dengan sehalus mungkin aku menyampaikannya.
Dan tak ku sangka, kali ini Ibu menanggapinya berbeda dari yang sebelumnya.
Dengan tenang beliau mendengarkan ku berbicara.
Dengan sabar ibu menunggu ujung dari apa yang aku ungkapkan.
Bahkan diluar dugaan ku, ibu mulai menanyakan mu.
Aku merasa itu bukan sekedar pertanyaan seorang ibu yang ingin membahagiakan anaknya, melainkan pertanyaan ketertarikan dan ketulusan.
Jujur, seketika itu juga air mata ku menertawakan ku lagi. Kali ini aku tak ingin menahannya. Biarkan dia keluar bersama letih yang kian mendidih.
Bahkan sesekali ibu mulai menggoda ku.
Lebih dari dua jam aku menceritakan semua tentang kamu, dan keluarga mu sebatas yang aku mengerti. Ibu pun selalu menanggapinya.
Aku coba beranikan untuk mengungkapkan hal2 yang selama ini hanya aku dan Tuhan ku yang tau, karena aku juga manusia biasa yang penuh dengan kelemahan.
Dan satu hal yang mampu membuatku cukup lega adalah ketika ibu bilang “ yo wes, engko tak cerito karo Bapak, dirembuk disek “.
Kalimat itu terdengar bukan sekedar ungkapan, melainkan memikirkan suatu jalan untuk kita.
Alhamdulillah beban yang tersimpan selama ratusan hari kini mulai terluapkan dengan tenang, tanpa menyinggung perasaan beliau.
Bahkan Ibu mulai bersedia terbuka menjadi tempat curahan hati ku.

Dulu setelah kita memutuskan untuk berpisah, aku berdoa semoga perpisaahan ini adalah awal dari penyucian diri untuk bertemu kembali.
Bukannya aku bermaksud menjanjikan mu sesuatu, namun semenjak itu aku mempunyai ‘azm; sebelum engkau memilih yang lain, aku tak akan melaksanakan akdunnikah dengan wanita manapun. Karena selama itu juga aku selalu merasa bahwa mimpi itu masih terlalu indah untuk aku tanggalkan, dan masih sangat mungkin untuk menjadi kenyataan atas kehendak Nya.
Aku tak ingin menghapus mimpi itu.
Biarkan dia bermuara pada tempat dimana ia digariskan.

Mimipi itu kini mulai bersemi kembali.
Semoga ini adalah awal dari jawaban atas segala doa, dan ketabahan kita. Semoga memang demikian adanya…amiin.
Doakan aku, semoga saja aku diberi kemampun untuk membenahi benang2 yang telah kusut ini. Membetulkan segalanya yang kian berantakan, tanpa harus ada pihak2 yang merasa terlalu tersakiti, untuk mewujudkan kenyataan dari mimpi kita menempuh kehidupan Robbani.

Dan mulai detik ini aku ingin berhenti merokok.
Bukan karena aku bosan dengan tembakau, atau karena memperdulikan kesehatan ku, melainkan karena ingin menuruti keinginginan dua wanita yang berarti dalam hidup ku; Ibu dan Kamu.
Doakan saja semoga sebatang gudang garam ini menjadi asap terakhir yang ku hisap.

Yaa Alloh yaa Ilaahana…
Kita tak butuh kemegahan, karena dunia kita sederhana dan bersahaja.
Kita juga bukan raja dan ratu, namun yang kita inginkan sederhana, hidup bersama layaknya sepasang hamba yang hidup dengan ridlo Sayyidnya.
Maka aku mohon dengan segala kelemahan, dan kerendahan hamba, izinkan kami hidup bersama dengan rahmat dan ‘inayah Mu.

Wa ufawwidhu amriy ilaalloha innalloha basiirun bil’ibaad.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Kita

Aku ingin membawamu di kehangatan fajar.
dimana cahaya bulan dan bintang belum sepenuhnya pudar,
dan langit mulai terlukis atsar matahari
yang hampir lahir dari perut bumi.

Tak ada kegaduhan,
yang terdengar hanya salam sang mawar
dan doa sang kumbang yang mengamiini munajat kita tentang cinta dan ketabahan.

Jutaan kata kita rangkai bersama,
mengalir deras sebagaimana air mata yang kita tumpahkan.
Entah itu untuk kesedihan,
ataupun pengharapan.

Kau basuh luka ku dengan harum peluh mu,
dan ku usap peluhmu dengan jari - jemari ku
yang ku sadari mulai tak berarti

Setiap nafas yang kita hembus adalah kerinduan.
Setiap jalan yang kita tempuh adalah pengabdian.

Meskipun tak sempurna,
namun tak ada yang terbuang percuma.
Karena setiap detik, kita saling melengkapi,
bersama menempuh kehidupan jalan robbani.

:')

Kamis, 13 Juni 2013


Equilibrium

bila hidup mu menjadi hidup ku
semua yang nyata telah dikuasai kiasan.
sungai bukan sungai,
melainkan waktu.
suara bukan suara,
melainkan ruang.
jalan ku lebih gelap dari malam.
hidup ku bagaikan angkasa padam-
dalam genggaman Tuhan.

Maka,
perkenankanlah aku tuk meminjam hati mu
untuk ku jadikan matahari.
dan pinjamkanlah pula sepasang kaki mu
untuk ku mencari jalan ke surga.