saat itu 22 juli 2012 M tepat pada malam 2 ramadhan 1433 H.
Aku masih ingat sekali, malam itu tak seperti biasanya, rasa rinduku sudah sangat menggila.
Rasaku sungguh sangat lelah hingga hatiku terus saja meronta :
" Tuhan, aku tak mengerti apa yang sebenarnya Kau kehendaki, ujian, cobaan atau apakah ini, tapi sungguh aku tak sanggup lagi. Jika memang dia bukan untukku, tolong musnahkan rasa ini atau jika kau terlalu menyayanginya dan tak mengijinkan rasaku pergi, maka tak mengapa jika harus aku yang Kau bawa pergi "
sedikitpun aku tak bertenaga, semangat hidupku sirna.
sedangkan air mataku terus saja mengucur dengan derasnya, dan mulutku ini terus saja beristighfar menyebut asmaNya berusaha menentramkan hati yang merana, hingga akhirnya aku terlelap begitu saja.
tengah malam sayup-sayup terdengar suara, seperti dari handphone ku, dan lagu ini aku sangat mengenalnya.
bukankah ini "paradise" ??? :') :')
seketika jantungku berdebar dengan hebatnya, semua rasaku bercampur aduk jadi satu antara bahagia, haru, percaya dan tidak percaya, hingga akhirnya lagu itu berhenti. perlahan ku buka handphone ku, 1 missed call dan 2 messages, tertera namamu di sana. Benarkah ini kau?? mimpi atau nyatakah ini??
aku sedikit tak percaya, bahkan aku mencubiti diriku sendiri untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.
aku tak tau apa rencanaNya dengan semua ini, tapi yang jelas aku sangat bersyukur, dan aku sangat berterima kasih padamu karena masih menganggapku ada. Segera ku tata hatiku sedemikian rupa, aku tak ingin salah paham, ku ingatkan lagi diriku tentang siapa aku. ku yakin-yakinkan hatiku bahwa mungkin Tuhan hanya ingin menghiburku. sekalipun begitu, sungguh ini sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasa sangat bahagia hingga aku tak dapat lagi memejamkan mata. Terima kasih Tuhan.
Aku seperti hidup kembali, tak pernah aku sesemangat ini, dan ini membuatku tertegun, aku seperti menyadari sesuatu, sepertinya Tuhan telah menjadikanmu sebagian dari diriku, sebagian dari nyawaku, entahlah.. ada rasa sakit menjalari ulu hatiku saat kupikirkan tentang hal itu. Aku kembali beristighfar dan menata hati. Sore harinya kau sms lagi, dan beberapa hari berikutnya, sungguh aku senang bisa bertegur sapa lagi denganmu, sekalipun aku harus setiap waktu mengingatkan diriku akan tempatku.
Kemudian aku berpikir tentang sesuatu, sebenarnya apa yang membuatmu menghubungiku lagi?? aku tau kau tak kan kembali, tapi untuk apa??
dan malam itu mungkin menjawab semua, tiba-tiba kau menyampaikan salam dari seseorang, sekalipun sebenarnya aku sudah menduganya tapi tetap saja ku tanyakan padamu dari siapa. dan benar dugaanku, salam itu darinya, dari seseorang yang akan menjadi calon istrimu. tentu saja pasti inilah alasan mengapa kau menghubungiku lagi. seperti ada ribuan volt listrik menyengatku, aku hanya bisa terduduk lemas dan berpikir mengapa kau menceritakan tentangku padanya, ya tentu saja karena dia yang akan menjadi calon istrimu. sekalipun aku tau bahwa aku tak punya hak apapun akan dirimu dan aku tau ini tak sepantasnya ada dalam hatiku, tapi harus ku akui bahwa aku sangat cemburu, sungguh aku ingin menangis sekencang-kencangnya dan memaki-maki diriku sendiri . "apa yang kau pikirkan?? apa yang kau harapkan?? dasar kau bodoh!! sadar diri kenapa, kau itu bukan siapa-siapa !!" :'(
tapi aku tetap bersyukur karena bagian terwaras dari diriku masih berfungsi, aku kembali beristighfar, membaca tahlil, hauqolah dan apa saja untuk menenangkan dan menguatkan hatiku. maafkan aku Tuhan.
dengan tangan yang masih gemetar aku membalas sms itu. aku tak ingin komunikasi ini kembali membeku, itu akan lebih menyakitkanku. dan aku juga bersyukur mengetahui bahwa kalian belum ada ikatan resmi sebagai calon suami & calon istri. mungkin ini salah satu cara Tuhan menyayangiku, Ia tau pasti bahwa aku sangat tidak siap jika semua terjadi pada saat ini. Terima kasih Tuhan.
ku tata kembali hatiku dan ku katakan pada diriku sendiri "sudahlah, jika kau benar-benar menyayanginya, fokuslah saja pada apa yang akan kau raih, fokuslah pada mimpimu, dia tak kan suka melihatmu seperti ini, bahkan mungkin akan sangat merasa bersalah, jangan pernah biarkan dirimu mengingatnya lagi, tentu saja kecuali dalam do'a, peluk lah dia erat-erat dalam setiap do'amu, mungkin itu akan membantunya."
Memory otakku memutar ke masa lalu, aku ingat saat itu kau pernah berkata bahwa kau ingin menghabiskan 24 jam waktumu bersamaku, aku bilang tidak mau dan sambil manyun kau tanya kenapa padaku, kemudian aku menjawab bahwa aku tak ingin hanya 24 jam saja, tapi selamanya. lalu kau pun tersenyum.
rasanya getir sekali aku mengingatnya, karena kini kau telah bersamanya, seorang gadis yang dipilihkan ibumu untukmu. sebenarnya aku ingin sekali mengenalnya, bukan karena apa-apa, hanya ingin memastikan bahwa dia benar-benar bisa menjagamu. tapi rasanya itu tak perlu, karena aku yakin gadis itu baik untukmu. darimu aku juga tau bahwa dia masih sangat belia, tapi sepertinya dia jauh lebih dewasa dari umurnya, bahkan mungkin jauh lebih dewasa dariku dan tentunya jauh lebih baik dariku. ya, kau memang lebih pantas didampingi orang sepertinya. kini aku tak lagi mencemburuinya, bahkan aku mulai menyayanginya, karena bagaimanapun mungkin saja nantinya dialah yang akan mendampingimu. jika kau menyayanginya, maka aku harus menyayanginya pula. cinta memang seringkali aneh, dan bahkan kini aku mulai menyayangi rokokmu, setidaknya dia ada dan mampu sedikit merileks-kan mu dari penat yang ada, yang bahkan aku sendiri tak bisa melakukannya sekalipun aku sangat ingin menjadi pelipur laramu.
Tapi entahlah, kadang aku tak mengerti diriku sendiri, aku selalu meyakini bahwa takdir itu ada di tanganNya, dan seringkali juga hatiku berkata "biarlah orang tuamu menjodohkanmu dengannya asalkan Tuhan menjodohkan kita." ternyata masih ada harap dalam hatiku. Aku memang sudah seringkali mencoba membuka hati untuk yang lainnya, tapi sepertinya Tuhan tidak mengijinkannya, hingga aku berpasrah saja, aku sudah tidak peduli, bahkan jika Dia menghendaki agar aku hidup sendiri, aku akan menerimanya dengan lapang dada. bahkan pernah terpikir olehku bahwa tak mengapa jika aku harus diduakan olehmu asalkan aku bisa mendampingimu, bukan memilikimu, tapi mendampingimu, menjadi makmum yang baik bagimu, menjagamu, menyayangimu, merawatmu dan membahagiakanmu seumur hidupmu. karena ternyata memang hanya kau lah yang membuatku merasa bersedia untuk mendampingi.
tapi segera kuhilangkan pikiran bodoh itu, mungkin aku bisa, tapi bagaimana dengannya?? aku tidak akan pernah tega, lalu bagaimana pula denganmu?? bukannya aku meragukan akan kemampuanmu untuk adil, tapi bagaimanapun kau adalah manusia biasa, tak mungkin aku membiarkanmu berlumuran dosa hanya karena pernah sekali saja lebih condong pada salah satu diantara kami. dan aku tau, hatimu itu terlalu lembut untuk mempunyai ke-tega-an menduakan istri. ya sudahlah, aku percaya pada gadis itu, sebaiknya aku yang pergi karena kehadiranku tak diharapkan di sini.
Beberapa hari berlalu seperti biasanya, dan aku cukup bahagia dengan adanya dirimu, sekalipun hanya pesan kosong yang kau kirim, tetap saja masih cukup untuk membuatku tersenyum. hingga pada saat dini hari itu, emosiku berada pada titik labil, dan kau mengatakan sesuatu yang sangat membuatku terpukul. sebetulnya hal itu tak perlu terjadi, tapi aku benar-benar marah hingga keluarlah kata-kataku yang mungkin membuatmu terluka, membuatmu takut, merasa bersalah dan sebagainya. harusnya aku lebih bisa mengendalikan emosiku karena kau memang tak begitu memahamiku, karena kau memang tak tau. aku hanya tak habis pikir, bukankah selama ini aku tak pernah mengungkit lagi tentang perasaanku? kubiarkan ia terpendam begitu saja dalam dada. aku tak pernah sekalipun mencoba menghubungimu sekalipun rasa rindu sudah sangat mencekikku, aku memang masih sangat menyayangimu, tapi bukankah aku hanya diam? karena begitulah caraku menyayangimu, dan mendo'akanmu adalah caraku memelukmu dari kejauhan. lalu mengapa kau tiba-tiba mengatakan padaku untuk jangan menyimpan harapan itu? yang bahkan Tuhanpun tak melarang. Mungkin aku terlalu keras hingga sepertinya kau sangat terluka dan mendiamkanku. maafkan aku, tak ada maksud dari kata-kataku untuk melukaimu. tak satu pun sms ku yang kau balas, dan itu semakin membuatku terluka, inilah yang ku takutkan, membuatmu sedih dan merasa bersalah. aku ingin menjaga perasaanmu, tapi aku malah melukaimu, aku ingin menjadi pelipur laramu tapi aku malah menyakitimu. mungkin aku memang tak pantas untukmu. seketika itu air mataku pun mengalir kembali
.
Pada malam harinya handphone ku bergetar, kulihat ada sms, dan itu darimu. sambil gemetar tanganku membuka sms mu, dan kini aku bisa tersenyum lega, aku sangat bersyukur kau bersedia memaafkanku. Terima kasih. :'))
semoga hal serupa tak pernah lagi terjadi. jika aku melukaimu dengan perkataan atau apapun dariku maka sebenarnya yang lebih terluka adalah diriku sendiri. harus sangat ku akui bahwa bagiku kau masih sangat berarti. kini semua kembali seperti semula tapi ada sesuatu yang membuatku risau, kau menanyakan tentang sesuatu yang sudah lama kusimpan sendiri, tentang mimpiku, tentang cita-citaku. aku harus bagaimana menjawabnya. aku jadi serba salah. memang sejak semula aku ingin menceritakannya padamu karena aku memang butuh saran dan masukan, tapi aku takut kau salah paham. akhirnya kuceritakan juga tentang mimpi-mimpiku padamu, tak peduli lagi apa anggapanmu terhadapku, aku butuh sekali masukanmu dan tak ada yang lebih kupercayai selain dirimu. Terima kasih atas semua masukanmu.
Tiba-tiba aku memikirkan ibumu, orang nomor satu dalam hidupmu. Jujur kukatakan bahwa salah satu harapanku adalah bisa bertemu beliau, mengenal beliau, bahkan jika mungkin aku ingin belajar darinya tentang bagaimana mendidik putranya sehingga bisa menjadi anak yang begitu berbakti sepertimu. sungguh, aku mengagumi beliau. adakah kesempatan untukku Tuhan?? semoga Engkau memanjangkan dan menjadikan umurnya berkah.
Entahlah, aku masih sungguh tak mengerti dengan diriku, sekalipun aku bisa merelakanmu, tapi harapan itu tetap saja masih tersimpan dalam hatiku. biarlah, biar saja ini menjadi urusanNya..
kini aku malah teringat kata salah seorang temanku, "jodoh memang di tangan Tuhan, tapi cinta masih butuh perjuangan". ku pikir itu memang benar, selagi tujuan kita baik, mengapa tidak. aku mulai berandai-andai.
ah, andai saja pada posisi sama seperti ini tetapi aku yang laki-laki, tentu saja sudah ku akhiri kekonyolan ini. aku tak mungkin membiarkanmu menentang orang tuamu, karena itu aku yang akan mendatangimu. dengan gagah berani yang mungkin juga akan terlihat seperti tak tahu diri atau boleh kau anggap keduanya. aku akan memintamu pada orang tuamu, memang butuh keberanian yang besar untuk merelakanmu, tapi butuh keberanian yang lebih besar lagi untuk bisa membahagiakanmu. dan itu yang sangat ingin ku lakukan. sekalipun mungkin aku ditolak, aku tak akan pernah menyerah sedikitpun, 1.000x ditolak, maka 10.000x aku akan melangkah maju. semua itu hanya demi satu komitmen, menjadi halal bagimu dan membahagiakanmu. tapi sayangnya aku hanyalah seorang perempuan biasa, yang bahkan tak pantas untuk diperjuangkan siapapun juga.
sudahlah, jika aku terus berandai-andai, maka akan sampai pada saat pertama kali aku melihatmu 6 tahun silam, yang seharusnya tak ada harapan kecil itu, harapan untuk bisa mengenalmu. aku masih ingin tersenyum jika mengingat hal itu. rasanya sangat lucu.
hatiku masih menyimpan berbagai tanya, "Apa kau begitu terbebani dengan harapanku ini? apa kau begitu merasa bersalah padaku? tolong jangan begitu, harapanku ini ku tumpukan padaNya, bukan padamu. semua ini terjadi atas kuasaNya, bukan kuasamu. sungguh rasanya tersiksa melihatmu terus merasa bersalah padaku seperti itu. tapi apa yang bisa ku lakukan? membunuh harapanku kah? jujur saja aku belum bisa untuk yang satu ini, tapi demi dirimu akan ku lakukan apapun untuk bisa mendamaikan hatimu".
tapi apa yang harus ku lakukan, aku harus meminta pendapat siapa. lalu terpikir olehku lebih baik bertanya pada Tuhanku. malam itu aku melakukan sholat istikhoroh, memohon petunjuk dariNya, demi dirimu aku berharap semoga saja yang nampak dalam mimpiku adalah sesuatu yang buruk, dengan begitu aku akan lebih bisa memaksa diriku untuk melupakan semuanya, setelahnya aku akan menceritakannya padamu agar kau terbebas dari rasa bersalahmu itu. tapi sungguh di luar yang ku kira, yang nampak bukannya hal buruk, melainkan sesuatu tempat atau apa tak jelas, yang pasti aku tak melihat apapun kecuali hanya putih, bersih dan begitu bersinar. dan perasaanku, hanya damai, sangat damai. SubhanaAllah, Allahu akbar walillahilhamd.
aku terus bertanya-tanya dalam hati, "ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi kali ini, apa makna dibalik mimpiku itu, apakah hatiku terlalu kotor untuk menerima petunjukMu hingga setan yang mengacaukan mimpiku? tapi bukankah setan tidak bisa mengacau pada sesuatu yang putih dan bersinar? lalu apa maksud dari semua ini?". aku mulai merenung dan memikirkan sesuatu. ya, mungkin saja ini memang benar petunjuk dariNya, benar saja yang tampak adalah sesuatu yang baik, beratus-ratus kali sholat pun akan tetap sama hasilnya, karena pada dasarnya kau memang baik untukku, tapi sepertinya tidak berlaku untuk sebaliknya.
aku tak mungkin menceritakan semua ini padamu, yang bisa kulakukan saat ini hanyalah meyakinkanmu bahwa aku baik-baik saja, dan memohon padamu agar membuang semua rasa bersalahmu itu.
dan untukku sendiri, aku tak harus membuang semua harapan itu, biar itu menjadi urusan Yang Menggenggam hatiku. aku tak perlu lagi cemas, risau, galau dan sebagainya. Toh kalau memang aku ini rusuknya, tak akan tertukar dengan siapapun juga.
terlalu banyak kebetulan yang terjadi.
atau mungkin memang sebuah kebenaran.
entahlah.. waAllahu a'lam... (u_u)